PURA KENTEL GUMI
PENINGGALAN KERAJAAN
BEDULU
Pura Agung Kentel Gumi
sebagai salah satu Triguna Pura atau Kahyangan Tiga Bali, memiliki beberapa
kelompok pura. Pura Kentel Gumi terletak di Desa Tusan, Kecamatan Banjarangkan,
Kabupaten Klungkung. Pura Agung Kentel Gumi didirikan atas anjuran Mpu Kuturan
sebagaimana dinyatakan dalam Lontar Babad Bendesa Mas. Dalam lontar tersebut
dinyatakan atas kehendak Mpu Kuturan didirikanlah Pura Penataran Agung Padang
di Silayukti, Pura Gowa Lawah, Pura Dasar Gelgel, Pura Klotok dan Pura Agung
Kentel Gumi.
Hal ini mengandung
makna bahwa kehidupan di bumi akan tegak atau ajeg apabila dilakukan kesadaran
rohani. Pura Silayukti di Padang, Karangasem itu adalah Asrama Mpu Kuturan.
Fungsi asrama adalah untuk mendidik dan melatih umat mendapatkan pemahaman akan
kerohanian.
Hiranyagarbhah
samavartatagre
Bhutasya jatah patireka
asit,
Sa dadhara prthivim
dyam utemam
Kasmai devaya havisa
vidhema (Rgveda X.121.1)
Maksudnya:
Tuhan Yang Mahaesa yang menguasai planet
ada dalam diri-Nya. Tuhan itu mahatunggal sebagai pencipta segala. Tuhanlah
sebagai penyangga bumi dan langit, sebagai dewata tertinggi sumber kebahagiaan
yang suci, kami persembahkan doa kebaktian dengan ketulusan hati.
Menegakkan bumi dimaksudkan menegakkan kebenaran dengan perilaku mulia. Perilaku mulia menegakkan bumi ini diawali dengan meyakini bahwa Tuhanlah sebagai pencipta dan penyangga bumi dan langit. Tujuan Tuhan menciptakan bumi dan langit adalah sebagai wadah kehidupan semua makhluk terutama manusia untuk memperbaiki kualitas perilakunya. Mengawali perbaikan kualitas perilaku dengan meningkatkan pemujaan pada Tuhan dengan doa persembahan.
Demikianlah
Pura Kentel Gumi didirikan untuk menegakkan kualitas perilaku di bumi. Kentel
Gumi sama dengan istilah dalam bahasa Bali yaitu enteg gumi yang maknanya
tegaknya stabilitas keharmonisan hidup di bumi ini. Pura Goa Lawah adalah pura
untuk mendapatkan pemahaman akan kedudukan dan fungsi samudera. Samudera kena
sinar matahari berproses menjadi mendung. Mendung menjadi hujan. Hujan
ditampung oleh hutan yang tumbuh di gunung. Proses alam itulah yang menyebabkan
terjadinya kesejahteraan. Karena itu Pura Goa Lawah disebut stana Tuhan sebagai
Hyang Basuki atau Batara Telenging Segara. Basuki artinya rahayu atau selamat.
Sementara
Pura Dasar Gelgel adalah tempat suci untuk mempersatukan umat berdasarkan kesetaraan,
persaudaraan dan kemerdekaan untuk bereksistensi sesuai dengan swadharma
masing-masing. Pelinggih leluhur berbagai warga di Pura Dasar Gelgel untuk
mengingatkan pada pemujaan roh suci leluhur (Dewa Pitara), bukan untuk
membeda-bedakan harkat dan martabat manusia.
Pura
Klotok adalah tempat memohon Tirtha Amerta Kamandalu (air suci kehidupan)
sebagai puncak dari prosesi ritual melasti. Hal itulah sebagai simbol yang
melukiskan jalannya kehidupan untuk mencapai Kentel Gumi atau tegaknya
kehidupan. Itulah warisan zaman Mpu Kuturan pada abad ke-11 Masehi. Dalam
Lontar Purana Pura Agung Kental Gumi diceritrakan perjalanan seorang raja dari
Tegal Suci Mekah menuju Bali atau Bangsul. Sampai di Desa Tusan, Klungkung,
Raja berkehendak mendirikan pemujaan.
Salah
seorang pengikut Raja bernama Arya Kenceng ditugaskan mewujudkan kehendak sang
Raja. Untuk itu maka didirikanlah Meru Tumpang 11, Padmasana, Meru Tumpang 9
stana Batara Maha Dewa, Meru Tumpang 7 stana Batara Segara, Meru Tumpang 5
stana Batara di Batur, Meru Tumpeng 3 stana Batara Ulun Danu dan pelinggih
Basundhari Dasa.
Adanya
nama Arya Kenceng dalam Lontar Purana Pura Agung Kentel Gumi sebagai pengikut
Raja sangat besar kemungkinannya peristiwa itu terjadi abad ke-14 Masehi saat
ekspedisi Gajah Mada ke Bali. Nama Arya Kenceng atau Arya Ken Jeng menurut
Lontar Babad Tabanan adalah seorang kesatria dari Kauripan (Kediri, Jawa Timur)
yang bersaudara dengan Arya Dharma, Arya Sentong, Arya Kuta Waringin, dan Arya
Belog. Adanya nama tempat Tegal Suci Mekah kemungkinan nama Pulau Jawa pada
abad ke-14 Masehi itu. Jadi, Pura Kentel Gumi mungkin diperluas saat raja
keturunan Raja Sri Kresna Kepakisan berkuasa di Bali.
Setelah
pemerintahan Raja Sri Asta Sura Ratna Bumi Banten berakhir atas ekspedisi Gajah
Mada ke Bali maka yang memegang tampuk pemerintahan di Bali adalah keturunan
Sri Kresna Kepakisan. Kekuasaan raja dari Jawa ini baru stabil atau kentel saat
berpusat di Klungkung. Pada mulanya pusat kerajaan di Samprangan, Gianyar terus
pindah ke Gegel. Dari Gelgel lanjut pindah ke Semarapura atau Klungkung.
Perpindahan pusat kerajaan ini menandakan keadaan kerajaan tidak stabil karena
banyak gangguan.
Setelah
pusat kerajaan berada di Klungkung inilah keadaan kerajaan baru stabil artinya
keadaan gumi Bali menjadi kentel. Kemungkinan istilah enteng gumine dalam
bahasa Bali yang sangat populer sampai sekarang di Bali berasal dari zaman
stabilnya keadaan Bali di abad ke-14 Masehi itu. Keadaan stabil itu mungkin
baru dapat diwujudkan setelah adanya perhatian pada Pura Agung Kentel Gumi yang
memang sudah ada sejak zaman Mpu Kuturan.
Pura
Kentel Gumi ini di bagian jeroan pura ada tiga kelompok pura. Ada kelompok Pura
Agung Kentel Gumi, kelompok Pura Maspahit, dan kelompok Pura Masceti. Seluruh
kelompok pura inilah yang disebut Pura Agung Kentel Gumi. Pada kelompok Pura
Kentel Gumi ini pelinggih yang paling utama adalah Meru Tumpang 11 sebagai
stana Batara Sakti Kentel Gumi yaitu Tuhan yang dipuja sebagai pemberi
stabilitas kerajaan dalam arti luas. Pelinggih Pesamuan Agung berbentuk Meru
Tumpang 11 sebagai pesamuan Batara di sebelah pura di Pura Agung Kentel Gumi.
Balai
Mudra Manik sebagai tempat untuk menstanakan pralingga dari sebelah pura di
sekitar Pura Agung Kentel Gumi. Ada pelinggih Sanggar Agung Rong Telu stana Mpu
Tri Bhuwana yaitu pemujaan Tuhan sebagai Parama Siwa, Sadha Siwa dan Siwa. Ada
pelinggih Manjangan Saluwang sebagai stana rohani Mpu Kuturan. Ada pelinggih
Catur Muka sebagai tempat pemujaan Batara Brahma. Di kelompok Pura Kentel Gumi
ini ada berbagai pelinggih pesimpangan. Ada Pesimpangan Jambu Dwipa sebagai
pelinggih Batara Maspahit. Pesimpangan Batara Ulun Danu, Batara di Batur. Ada
pesimpangan Batara Gunung Agung berbentuk pelinggih Meru Tumpang 9. Pesimpangan
Ratu Segara dan banyak lagi pesimpangan sebagaimana layaknya Pura Kahyangan
Jagat umumnya. Pada kelompok Pura Maspahit ada pelinggih Gedong Bata dengan
arca manjangan untuk mengingatkan kedatangan Mpu Kuturan ke Bali.
Selebihnya
sebagai pelinggih pesimpangan. Demikian juga kelompok Pura Masceti ada
Pesimpangan Dewa Sadha Siwa dan Siwa, Gunung Agung, Batara Segara dan Ngerurah
dan Kemulan Bumi. Upacara Piodalannya setiap Weraspati Manis Wuku Dungulan atau
Umanis Galungan. Pura Kentel Gumi merupakan salah satu bagian terpenting dari
keberadaan Pura-pura di Bali. Pura yang berlokasi di Desa Tusan, Banjarangkan,
Klungkung itu memiliki peran strategis untuk mengamankan jagat Bali dari
berbagai marabahaya.
Dengan
posisinya yang berada di tengah-tengah (pusaran), Pura Kentel Gumi selain
merupakan pusat dari Pura-pura yang ada di Bali, bahkan Jawa, juga merupakan
sumber penghidupan masyarakat Bali. Setiap enam bulan sekali, ribuan umat Hindu
pedek tangkil memadati Pura Kentel Gumi. Bukan saja umat pengempon/pengeling
pura yang berasal dari Banjarangkan dan sekitarnya, melainkan dari seluruh
pelosok Bali. Mereka berduyun-duyun datang ke pura yang pada zamannya (abad XI)
dikuasai para raja Bali itu, untuk bersembahyang serangkaian dengan piodalan.
Piodalan
di pura ini berlangsung pada Weraspati Umanis Dunggulan, setiap 210 hari
sekali. Bukti bahwa Pura Kentel Gumi merupakan pusat pura dan sumber
penghidupan masyarakat Bali, terlihat dari keberadaan pelinggih-pelinggih atau
pura-pura besar yang ada di Bali dan Jawa yang dibangun di pura tersebut.
Diantaranya
sejumlah pura ada di sini. Makanya Kentel Gumi diartikan sebagai pusat atau
sumber dari segalanya. Pura Kentel Gumi tetap tidak dapat dipisahkan dari
satu-kesatuan Tri Kahyangan (Besakih, Batur dan Kentel Gumi). Setiap desa
pakraman di Bali selalu memiliki Pura Puseh, Pura Desa dan Pura Dalem. Begitu
juga dalam konteks Bali, Pura Kentel Gumi merupakan Pusehnya, Besakih merupakan
Dalem dan Batur sebagai Pura Desanya.
Pura
yang berdiri di atas lahan seluas lima hektar itu terdiri atas dua bagian. Awalnya,
pura tersebut hanya berupa gedong dan bale pesamuan yang berada di bagian Maos
(Mas) Pahit. Yang pertama kali bermukim di bagian itu adalah Mpu Kuturan (abad
XI). Mpu Kuturan bermukim dan kemudian membentuk sekaligus mengembangkan
berbagai peraturan. Entah kenapa, pada bagian itu Mpu Kuturan tidak melengkapi
pura tersebut dengan Padmasana. Baru pada zaman Raja Kresna Kepakisan pura itu
dilengkapi dengan Padmasari dengan lokasi di bagian selatan Maos Pahit. Juga
dilengkapi dengan Pura Sadha, Gunung Agung, Besakih dan lainnya sebagaimana
disebutkan di atas.
Meski
demikian, kedua lokasi itu selalu bersatu padu dalam setiap pelaksanaan
upacara. Setelah itu, seiring dengan perkembangannya, keberadaan pura itu
dikuasai oleh raja-raja yang saat itu berkuasa di Bali. Terutama Kerajaan
Klungkung (pergeseran Kerajaan Gelgel) sebagai pusat kerajaan di Bali pada
zaman itu. Setelah Kerajaan Klungkung runtuh pada tahun 1677 (pertengahan abad
XVII), kekuasaan di Bali selanjutnya terpecah belah. Tidak lagi terletak di
bawah satu pimpinan (Kerajaan Klungkung).
Begitu
juga dengan Pura Kentel Gumi, bukan hanya dikuasai Raja Klungkung, tetapi juga
pernah dikuasai Raja Gianyar. Sumanggen Keunikan lain Pura Kentel Gumi yakni
keberadaan sebuah bangunan sumanggen. Bangunan tersebut biasanya terdapat di
puri yang dimanfaatkan untuk upacara pitra yadnya maupun manusa yadnya. Keberadaan
sumanggen itu sendiri berawal dari seorang putri Raja Klungkung yang sakit.
Sang putri menjalani pengobatan pada Dukuh Suladri di Tamanbali, Bangli. Selama
dalam pengobatan, sang putri menetap di Bangli. Hingga akhirnya jatuh cinta
dengan seorang putra Dukuh Suladri. Lama menjalin asmara, putri raja dan putra
dukuh dinikahkan.
Sebagaimana
layaknya suami-istri umumnya, putri dan putra dukuh silih berganti mengunjungi
mertua masing-masing. Hingga suatu saat, dalam perjalanan menuju Bangli
(persisnya di depan Pura Kentel Gumi) sang putri mengalami keguguran. Mayat
sang bayi kemudian disemayamkan di sekitar pura tersebut (tentu dengan kondisi
belum sebagus sekarang). Keberadaan sumanggen itu kemungkinan ada kaitannya
dengan konsep tata ruang puri. Mengingat, Pura Kentel Gumi dikuasai oleh
raja-raja yang berkuasa.
Sebagaimana
konsep puri, setiap areal puri harus dilengkapi dengan bangunan sumanggen. ”Terkait
keberadaan sumanggen di Kentel Gumi saat ini, fungsinya sebagai tempat upakara.
Kalau ada tamu penting yang pedak tangkil atau ada kegiatan upacara, bangunan
itu juga bisa dimanfaatkan untuk penyimpanan sanganan. Pantangan bagi yang
Berniat Jahat Kalau punya pikiran yang macam-macam, jangan coba-coba masuk ke
areal Pura Kentel Gumi. Sebab, setiap pikiran jahat itu akan segera terdeteksi
dan tidak akan mudah untuk menyembunyikannya.
Dari
penuturan pegempon/pengeling, Pura Kentel Gumi sangatlah tenget. Siapa pun yang
berbuat curang, akan sangat mudah diketahui apabila nunasin (mohon petunjuk) di
pura yang notabene tempat berstananya para dewa-dewa itu. ”Jangan coba-coba
berani bersumpah di pura ini (Kentel Gumi) kalau memang melakukan kesalahan.
Lebih baik mengakui kesalahan itu terlebih dahulu, karena sumpah yang dilakukan
di sini sangat manjur,” sebut seorang pengempon pura yang ditemui saat kerja
bakti membersihkan areal pura usai tawur pakelem beberapa waktu lalu.
Diceritakan,
beberapa tahun silam ada sesorang yang berupaya melakukan niat jahat di pura
tersebut. Orang itu mencoba membakar atap bale agung yang terbuat dari
alang-alang. Meski terbuat dari bahan yang sangat mudah terbakar, upaya jahat
orang itu tidak kesampaian, karena api tidak menjalar ke mana-mana. Karena niat
jahatnya tidak terlaksana maksimal, orang itu pun putus asa. Dalam
ketidaksadarannya, justru dia mengakui perbuatannya di hadapan warga. Sehingga
warga tidak lagi bersusah payah mengejar orang yang berniat menghanguskan pura
tersebut.
Tidak
ada pantangan bagi siapa pun yang ingin masuk, apalagi bersembahyang di Pura
Kentel Gumi. Dengan catatan, tidak punya niat jahat dan berperilaku serta
berpenampilan yang wajar. (bal) Tawur Pakelem dengan Upakara Nyanggar Tawang
Dari tahun ke tahun, perkembangan selalu diikuti dengan berbagai kejadian.
Berbagai peristiwa yang mengancam keberadaan Bali kerap terjadi. Bom Bali I dan
II, perkelahian antarbanjar dan berbagai kerusuhan serta kejadian lainnya,
muncul silih berganti mewarnai kehidupan warga di pulau seribu pura ini.
Makanya,
untuk mengembalikan jagat Bali sebagai alam yang bersih dan suci tanpa noda,
untuk pertama kalinya Pemerintah Propinsi Bali menggelar upacara tawur pakelem,
Rabu (29/3) lalu. Hal itu dilakukan sebagai upaya penebusan segala kebingaran
yang terjadi saat ini. Upacara dengan upakara nyanggar tawang itu pun
dipusatkan di Pura Kentel Gumi. Tentunya dengan berbagai pertimbangan, yakni
Kentel Gumi yang notabene sebagai sumber pura dan pusat penghidupan serta
sebagai pusat berstananya sebagaimana tercermin dari 25 arca yang terdapat
dalam pelinggih ratu arca.
Arca-arca
itu sebagai perwujudan para dewa seperti Dewa Siwa, Brahma, Wisnu, Durga,
Ghanapati, Lingga dan banyak lagi patung-patung yang tidak dapat dinyatakan
wujudnya. Tawur pakelem menggunakan sarana kerbau, kambing, angsa dan bebek.
Untuk di Pura Kentel Gumi sendiri, sarana pakelem itu dikubur hidup-hidup di
dalam areal pura. Beda dengan pakelem lain yang dirarung (dihanyut) di tengah
laut. ”Itu merupakan perlambang kelahiran yang dikembalikan dengan segala
kekurangan dan kelebihan ke tempat asalnya.
Selain
di Kentel Gumi, tawur pakelem juga dilaksanakan secara serentak di Pura Besakih
dan Angkasa Pura, Tuban. Dirangkai dengan upacara tawur kesanga serangkaian
pengerupukan menjelang hari raya Nyepi. Upacara itu di-puput tiga sulinggih
yaitu, Pedanda Siwa dari Dawan Kaler, Pedanda Budha dari Buda Wanasari
Karangasem dan Sri Mpu Pujangga dari Keramas Gianyar.
Gambar
Pura Kentel Gumi
KETUT WINDU RATNASARI (1211031272)
NI MADE DWI GAYATRI (1211031274)
NYOMAN SUPRABAWA (1211031278)
MADE SUWARIYASA (1211031284)
KADEK SERIJANA (1211031286)
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2014
Casino no deposit bonus codes 2021 | Goyang FC
BalasHapusCasino no 가입시 꽁머니 사이트 deposit 바카라 검증 사이트 bonus mobile bet365 codes 블랙벳 2021 | 울산대딸 Goyang FC
PRAGMATICID: RACING PORTY - Mapyro
BalasHapusResults 나주 출장샵 1 - 20 of 106 — PRAGMATICID RACING PORTY - RACING PORTY - RACING PORTY 강릉 출장마사지 - RACING 경산 출장샵 PORTY - 포항 출장안마 RACING PORTY - RACING PORTY - RACING PORTY - RACING PORTY - RACING PORTY - RACING 천안 출장안마 PORTY - RACING PORTY - RACING PORTY - RACING